ustadz, mungkinkah antara satu hadits dengan hadits lain itu saling melecehkan?
Jawab;
Sebelum menjawab pertanyaan ini, mari ita lihat apa definisi hadis yang telah dirumuskan oleh para ulama’. Hadis artinya adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah saw, baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan maupun sifat.
Para ulama’ menyepakati bahwa hadits merupakan salah satu bentuk wahyu. Dasar pendapat ulama’ ini adalah firman Allah
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى (4)
dan tiadalah yang diucapkannya (oleh nabi) itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), (an-Najm:3-4)
Memang para ulama’ memandang bahwa tidak semua perbuatan nabi didasarkan kepada wahyu. Ada juga kata atau perbuatan nabi Muhammad saw yang merupakan ijtihad. Meskipun demikian, ijtihad itu mendapatkan tawfiq dari Allah, atau disetujui oleh Allah. Jika ada ijtihad yang tidak tepat, pastilah Allah akan memberikan teguran, sebagaimana yang terjadi dalam kasus ibnu Ummi Maktum. Saat itu Rasulullah bermuka masam ketika Abdullah Ummi Maktum datang untuk masuk Islam, karena beliau sedang mendakwahi pembesar-pembesar Quraisy. Kemudian Allah menegur nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam dengan menurunkan surat ’Abasa.
Dengan melihat realitas demikian, maka hadis tidak akan melecehkan hadis lain. Jika ada hadis yang saling bertentangan sehingga terkesan melecehkan, maka hal itu ada beberapa kemungkinan.
1- Pertentangan itu ada pada dhahirnya saja, yang sesungguhnya bisa difahami bersama dengan mendudukkan persoalan kepada porsi masing-masing.
2- Ada hadis yang mansukh (terhapuskan), seperti di awal kenabian beliau melarang ziarah kubur, tetapi di akhir kenabian beliau mengizinkan ziarah kubur.
3- Adanya hadis palsu yang dibuat oleh musuh Islam. Allahu a’lam bish-shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar